Keindahan Danau Tiga Warna Taman Nasional Kelimutu


General
    Taman Nasional Kelimutu(5356,50 ha) ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.679/Kpts-II/1997 tanggal 10 Oktober 1997 terletak 60 km ke arah timur Laut KotaEnde atau terletak di antara 8048'21" - 8048'24" Lintang Selatan (LS)dan 121044'21" - 121050'15" Bujur Timur (BT).di belahan TenggaraPulau Flores. Secara administratif merupakan bagian dari wilayah Kabupaten EndeProvinsi Nusa Tenggara Timur.   

Terdapat keindahan alamyang luar biasa berupa fenomena alam yang tidak ada kembarannya di Muka Bumiyakni Tiga Danau Kawah yang selalu berubah warna. Keajaiban alam ini dibangunoleh aktivitas geologi gunung Kelimutu (1.690 m dpl) itu sendiri.
Kelimutu memiliki iklim tropis yang relatif stabil dengan curah hujan berkisar antara1.651 s.d. 3.363 mm per tahun dimana musim hujan jatuh pada bulan Desember s.d.Maret dan bulan-bulan terkering terjadi pada bulan Oktober s.d. Nopember. Suhuudara berkisar antara 25,5° - 31° celcius dengan suhu minimum mencapai 11,6°celcius yang terjadi pada bulan Juli - Agustus. Pada musim hujan semua tumbuhanberwarna hijau subur dan pada musim kering terutama pada bulan Oktober danNopember banyak tumbuhan yang meluruhkan daun. Kondisi tanah dan iklim sangatberpengaruh langsung terhadap flora dan fauna yang ada disini.

KEISTIMEWAAN

Selain memiliki keanekaragaman hayati yang cukup bernilai tinggi, juga memiliki keunikan dan nilai astetika yang menarik yaitu dengan  adanya tiga buah danau berwarna dan berada di puncak Gunung Kelimutu. Danau pertama bern ama Tiwu Ata Bupu (danau arwah para orang), danau kedua bernama Tiwu Nuwa Muri Koo Fai (danau arwah muda-mudi) dan danau ketiga bernama Tiwu Ata Polo (danau arwah para tukang tenung). Danau pertama dan kedua letaknya sangat berdekatan, sedangkan danau ketiga terletak menyendiri sekitar 1 km di bagian Barat. Warna air dari ketiga danau tersebut berbeda satu sama lain dan selalu berubah dari waktu ke waktu.  Tiga Danau kawah berwarna di puncak Gunung Kelimutu ini terbentuk dari aktifitas vulkanik jutaan tahun lalu merupakan fenomena alam yang tidak ada duanya di muka bumi. Menurut legenda ketiga danau tersebut merupakan kampung arwah. Danau Atapolo yang berwarna merah dipercayai sebagai tempat bersemayam arwah orang jahat,  Danau Nua Muri Koo Fai yang berwarna hijau tosca merupakan tempat arwah muda-mudi dan Danau Ata Mbupu yang berwarna hitam merupakan tempat arwah para orang tua atau bijaksana.


PEMBAGIAN ZONASI

Kawasan TamanNasional Kelimutu terbadi dalam empat (4) zonasi (SK Dirjen PKA No.16/Kpts/DJ-V/2001 yang terdiri dari: 
 1.    Zona Inti seluas 350,50ha, vegetasi dominan (Vaccinium varingiaefolium), Cemara Gunung(Casuarinajunghuniana), (Rhododendron renschianum). Satwa dominan burungperkici, babi hutan, ayam hutan.
2.    Zona Rimba seluas4.351,50 ha, vegetasi dominan ampupu (Eucalyptus urophylla), cemara (Casuarinajunghuniana), Ara (Ficus sp). Satwa dominan babi hutan, kera, ayam hutan, burung perkici.
3.    Zona PemanfaatanIntensif seluas 96,50 ha, vegetasi dominan kurusaku, ranga. Satwa dominan ayamhutan , burung perkici.
4.    Zona Rehabilitasi seluas558,50 ha, vegetasi dominan kurusaku, ranga. Satwa dominan ayam hutan, burungperkici.

    Hasil inventarisasi flora pohonoleh BTN Kelimutu dan LIPI (2007-2008) diketahui bahwa terdapat 100 jenis pohon yang terkelompok dalam 41 suku. Suku yang memiliki jenis terbanyak adalah Euphorbiaceaeberjumlah 12 jenis, Moraceae berjumlah 8 jenis, Lauraceaeberjumlah 7 jenis, Fabaceae danMyrtaceae masing-masingberjumlah 6 jenis, Meliaceae danSapindaceae masing-masingberjumlah 5 jenis, Arecaceae berjumlah 4 jenis,Actinidiaceae dan Ulmaceae masing-masing berjumlah 3 jenis,Podocarpaceae,Rutaceae, Myrsinaceae,Melastomataceae, Ericaceae, Rubiaceae, Theaceae, Apocynaceae, Araliaceae dan Elaeocarpaceae masing-masing berjumlah 2jenis dan 21 suku yang lain masing-masing memiliki 1 jenis.

AKSESBILITAS

• Rute 1 

Tiba di Bandara H. Aroeboesman atau Pelabuhan IPPI Ende, wisatawan dapat memperoleh informasi tentang objek-objek wisata Kota Ende dan sekitarnya di Pusat Informasi Wisata Jl. Soekarno No. 4 Ende. Anda dapat melanjutkan perjalanan menuju Kelimutu yang berjarak 53 Km dari Kota Ende dengan mengunakan transportasi umum, mobil/sepeda motor. Menuju Kelimutu dapat di tempuh melalui Labuan Bajo, Ruteng, Bajawa, Mbay, Maukaro, Nggemo, Mukusaki, Wewaria dan Ropa. Dalam perjalanan menuju Kelimutu anda dapat berhenti sejenak di Sumber Air Panas Koka, Detusoko. Tiba di Bandara H. Aroeboesman atau Pelabuhan IPPI Ende, wisatawan dapat memperoleh informasi tentang objek-objek wisata Kota Ende dan sekitarnya di Pusat Informasi Wisata Jl. Soekarno No. 4 Ende. Anda dapat melanjutkan perjalanan menuju Kelimutu yang berjarak 53 Km dari Kota Ende dengan mengunakan transportasi umum, mobil/sepeda motor. Saat anda memasuki kawasan Kelimutu pengunjung diharuskan membeli karcis masuk di Pos Jaga Taman Nasional Kelimutu di Manukako sekaligus dapat memperoleh informasi tentang Kelimutu dan meminta pemandu wisata.

• Rute III 
Dari Maumere dengan melewati pantai utara pulau flores yang terkenal dengan pasir putih dan alam lautnya, Pantai Nggemo, Pantai Ndondo, Aewora, Anabara, Maurole, Mausambi dan Pantai Ropa kemudian menuju Detusoko – Moni lalu Kelimutu. 

• Rute IV 
Dari Maumere ke Wolowaru. Di Wolowaru anda dapat mengunjungi desa-desa tradisional dengan rumah adat, bangunan megalitik, kerajinan tenun, tarian tradisional dan peninggalan purbakala seperti di Mbuli Lo’o, Ranggase, Jopu, Tenda, Wolojita, Wiwipemo, Nuamulu, Ngela dan Lisedetu. 

• Rute V 
Bila anda dari Komodo ingin berwisata ke Kelimutu melewati jalan darat Labuan-Bajo – Ruteng – Bajawa – Ende. 

FLORA DAN FAUNA


Kekayaan flora-fauna spesifik yang ada di salah satu zona wallacea ini diantaranya pohon Ampupu (Eucalyptus delgupta),  E. Urophyla, juga berbagai jenis Ficus dan Cemara gunung (Casuarina junghuhniana) mendominasi lembah-lembah dekat kawah. Pada pelataran sekitar kawah yang merupakan areal terbuka ditumbuhi  Vaccinium,  Rhododendron dan Eidelweis  yang berbunga sepanjang tahun. 
Terdapat burung Garugiwa (Monarcha sacerdotum) yang memiliki suara merdu mengiringi matahari terbit di sekitar danau. Burung yang tergolong endemik Flores ini sekarang sudah sangat langka. Berbagai speciment satwa dan tumbuhan terus dalam penelitian Puslitbang Biologi – LIPI yang sangat dimungkinkan dapat  menemukan spesies-spesies baru. Terdapat 78 jenis pohon dalam kawasan TN Kelimutu yang tersebar pada 4 zona yaitu zona rimba terdapat 55 jenis, zona pemanfaatan intensifterdapat 30 jenis, zona rehabilitasi ada 19 jenis dan zona inti terdapat 7 jenis pohon. Jenis flora yang persebarannya luas pada keempat zona adalah mboa atau dalam bahasa umumnya senduduk/harendong (Melastoma malabathricum). Jenis-jenis flora yang tersebar 42 pada 3 zona yaitu mboa ria  (M. polyanthum), bu (C. junghuhniana), kebu (H. giganteus), teru (M. giganteus) dan gari (S. lucida). Ditemukan 2 jenis tumbuhan sebagai flora endemik kelimutu yaitu uta onga (Begonia kelimutuensis) dan turuwara (Rhododendron renschianum) serta satu ekosistem spesifik kelimutu yaitu Ekosistem Vaccinium dan Rhododendron (EkosVR). Dua jenis flora yang diwaspadai status
kelangkaannya yaitu jita/pulai (Alstonia scholaris) dan upe/ketimun (Timonius timon)  .
Terdapat 49 jenis burung yang tersebar dalam kawasan TN Kelimutu yang terdiri dari 10 jenis terdapat pada zona inti, 5 jenis pada zona rimba dan 33 jenis pada zona pemanfaatan intensif. Dari 49 jenis burung tersebut 5 jenis diantaranya adalah endemik. 
Kemungkinan terdapat 2 jenis burung garugiwa (Monarcha sp) yang perlu diamati lebih lanjut. Terdapat 14 jenis mamalia terdiri dari 4 jenis kelelawar, 3 jenis tikus, 1 jenis cucurut, 1 jenis kera, 1 jenis musang, 2 jenis babi huttan, 1 jenis landak dan 1 jenis tikus besar. 

Dalam Kawasan TN Kelimutu ditemukan 3 jenis mamalia yang endemik Flores adalah tikus lawo  ( Rattus hainaldi), deke (Papagomys armandvillei) dan babi hutan
flores/wawi ndua (  Sus heureni). Ditemukan juga 4 jenis ular, 1 jenis kadal dan 2 jenis molusca.Rhododendron renschianumMonarcha spBegonia kelimutuensisFauna Hasil sementara diperoleh 51 spesimen mamalia, trediri atas 43 ekor (empat jenis) kelelawar (Cynopterus nusatenggara, Cynopterus  sp.,  Macroglossus minimus  dan  Otomops  sp.), enam ekor (tiga jenis) tikus (Rattus sp1, sp2 dan sp3) dan dua ekor cucurut (Suncus  sp.). Jenis kelelawar (niki) dijuarai oleh codot nusatenggara (Cynopterus nusatenggara) dijumpai di zona pemanfaatan, zona rimba dan arboretum.  Macroglossus minimus, Rattus  sp1 dan sp2 hanya dijumpai di zona pemanfaatan sekitar pintu gerbang,  Rattus  sp3 dijumpai di zona rimba dan zona inti, dan cucurut (Suncus  sp.) dijumpai di zona pemanfaatan dan zona inti. Kera atau roa, Macaca fascicularis dijumpai lansung di zona pemanfaatan intensif dan zona rimba, musang (beku), Paradoxurus hermaphrodites  dijumpai tinjanya di zona pemanfaatan, zona rimba, arboretum dan zona inti. Landak (Hystrix javanica), babi hutan (Sus  sp.) dan deke (Papagomys armandvillei) dijumpai jejak dan lubangnya di zona rimba, zona pemanfaatan dan zona inti. Spesimen herpet hanya dijumpai tiga jenis ular, yaitu nipa tembuhuwi (Dendrelaphis formosus), nipa tanah (Psammodynestes pulverulentus) dan nipa lembulowo atau ular hijau ekor merah (Trimeresurus albolabris), serta satu jenis kadal (Mabuia  sp.). lima jenis ular, dua jenis kadal, dan tiga jenis katak. Jenis moluska dijumpai dua jenis (Asperitas  sp. dan Helicarion sp.), sedangkan jenis-jenis serangga seperti kupu-kupu sangat jarang dijumpai di ketinggian 1000 meter dpl sampai puncak.



Local Community

    MasyarakatLio keberadaannya tidak bisa dilepaskan dengan kawasan Kelimutu, ikatan batinkeduanya sudah terjalin saat mereka ada. Masyarakat Lio yang keberadaannyasudah ratusan tahun (bahkan mungkin ribuan tahun) itu, selalu bisa hidup denganharmonis dengan alam di sekitarnya. Berdasarkan analisa geologis daerah ini (disekitar daerah Sokoria), merupakan tempat hunian semenjak masa purba/prasejarah. Namun hal ini perlu adanya kajian arkeologis yang lebih mendalam,untuk membuktikannya apakah terdapat artefak yang mendukung pernyataantersebut. Namun dari istilah lokal masyarakat Lio juga mengenal daerah yangdisebut Lio Nian Gun, yang berarti Lio Dunia Purba, sehingga kemungkinan memangada pemukiman purba, bahwa daerah ini sudah dihuni semenjak dahulu kala.

    Sehinggasangat wajar apabila masyarakat Lio mempunyai kepercayaan atau keyakinan, bahwadi kawasan Kelimutu (di puncak dan di danaunya) merupakan tempat tinggal arwahnenek moyang mereka, tempat tinggal para arwah nantinya. Karena adanyaketerikatan batin dan keterikatan wilayah yang sudah berjalan ratusan tahuntersebut, menyebabkan masyarakat Lio sangat tergantung pada kawasan ini (TamanNasional Kelimutu). Sehingga sangatlah mustahil apabila mereka akan merusakkawasan ini, sebaliknya mereka akan menjaga, merawat, dan mempertahankannyasecara mati-matian, apabila ada yang berani merusak kawasan ini. Jadi tinggalbagaimana pihak Taman Nasioanal Kelimutu merangkul masyarakat Lio, untuk diajakmengelola kawasan ini. Bagaimana memanfaatkan kearifan tradisional mereka,untuk meningkatkan potensi kawasan Taman Nasional Kelimutu agar lebih dikenal,lebih banyak dikunjungi, dan lebih dikenal dunia. Sehingga secara tidaklangsung juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lio, yang berada di sekitarkawasan Taman Nasional Kelimutu. Saat ini masyarakat Lio berada pada masatransisi, masa perubahan, masa peralihan, sehingga bisa dikatakan bahwamasyarakat Lio adalah masyarakat transisional. Kondisi dimana sebuah masyarakatdi satu sisi telah menginjak dunia atau alam modern/kemajuan, namun di sisilain mereka juga belum sepenuhnya meninggalkan alam tradisional, dunia adatmereka. Masyarakat Lio sudah mengenal produk teknologi tinggi seperti handphone, telivisi, sepeda motor,parabola, serta barang-barang elektronik lainnya. Namun mereka juga tetapmelaksanakan tradisi, ritual adat dalam berbagai aspek kehidupannya sepertipenentuan hari baik, ritual yang berkaitan dengan kematian, kelahiran, danlain-lain.Disamping bekerja sebagai penggarap ladang/kebun sebagian dari merekaada juga yang memelihara ternak dengan skala kecil dan masih bersifattradisional. Ternak yang mereka pelihara antara lain sapi, babi, kerbau,kambing dan ayam.Seperti umumnyamasyarakat lain suku Lio dalam pergaulan sehari-hari berbahasa suku Lio. Merekamemiliki adat istiadat yang masih melekat dan ditaati oleh seluruh anggotamasyarakatnya, seperti dalam hal upacara perkawinan, upacara waktu tanam danpanen, membuat/memperbaiki rumah adat (keda) dan lain-lain. Mereka jugamengenal waktu-waktu tertentu yang menurut mereka tidak boleh ada aktivitasatau pekerjaan (Joka Ju) seperti berkebun, berladang dan lain-lain yang apabiladilanggar terkena sanksi adat (Poi).
    Keberadaan kepala desa yang rata-rata jugamerupakan seorang ketua adat (mosalaki), memberikan keuntungan ganda baik bagipemerintah daerah maupun bagi masyarakat Lio sendiri. Karena masyarakat Liomasih taat dengan ketentuan-ketentuan adat, dengan peraturan-peraturan adat,dengan pimpinan adat mereka, maka jabatan rangkap tersebut sangat tepatdilaksanakan. Program-program pemerintah akan banyak mendapatkan dukungan,mendapatkan sambutan yang baik, berhasil dilaksanakan berkat peranan kepaladesa yang juga seorang mosalaki.Sebab masyarakat akan lebih mau mendengarkan perintah-perintah pimpinan adatmereka, dibandingkan dengan pihak luar yang belum mengerti serta mendalami adatmereka. Sehingga pihak TNKL bisa lebih mengintensifkan hubungan dengan parakepala desa yang berada di sekitar kawasan taman nasional, agar masyarakat Liobisa benar-benar ikut menjaga, mengamankan, melestarikan aset nasional yangsangat berharga ini. Karena tidak menutup kemungkinan kawasan Taman NasionalKelimutu, beserta potensi alam serta budayanya akan menjadi milik dunia,menjadi warisan dunia (world heritage), seperti halnya batik, keris, gamelan,angklung, dan Borobudur.Kehidupan beragama masyarakat Lio bisa sejalan dengankehidupan adat mereka. Hal ini terlihat seperti halnya dalam acara keagamaanKatolik yaitu komuni suci pertama/ sambutbaru, kegiatan ini biasanya disejalankan dengan ritual dalam menyambut seoranganak menjelang masa akil baliq (inisiasi). Kegiatan tersebut dilaksanakansecara adat, dengan acara pembunuhan babi yang ditusuk dengan sebatang besiyang membara, agar darah tidak banyak keluar sehingga  rasa dagingnyalebih enak. Padahal kegiatan keagamaan (Katolik) tidak ada acara seperti itu,namun masyarakat masih tetap melaksanakan tradisi mereka/kepercayaan dalammengungkapkan rasa syukur kepada penguasa langit dan bumi (Du'a Ngga'e), seperti dalam ungkapan adat Du'a Ghale, Lulu Wula, Gha'e Ghale dan WanaTana.


OBJEK WISATA YANG MENARIK UNTUK DIKUNJUNGI





0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik